Thursday, September 30, 2010

SEDEKAH DAN BISNIS



Kalau kita seorang usahawan atau pemilik bisnis sudah bisa dipastikan banyak rencana yang ingin dilakukan,ekspansi usaha,efisiensi,bahkan membuat bisnis baru yang tentunya akan mempengaruhi pada status keuangan kita yang ujung-ujungnya akan menghitung profit keuntungan saat ini, atau cash flow usaha kita,semakin banyak rencana ekspansi bisnis semakin banyak dana yang akan kita keluarkan dan saat itu semakin ketat dan berat juga kita dalam mengatur,mengontrol dan mengalokasikan pengeluaran, apakah ada yang salah apabila kita mengalami hal itu?

 Tentu saja tidak... Cuman kadang saat-saat seperti inilah yang menyebabkan seorang usahawan merasa berat,sayang bahkan merasa rugi kalau memberikan sebagian hasil profitnya atau pendapatannya untuk orang lain,dalam hal ini bisa berupa sodakoh,zakat atau dana sosial yang dibutuhkan saudara kita yang tidak mampu.Zakat,infak dan sedekah itu sebenarnya bukanlah beban, tetapi sudah merupakan kebutuhan bagi kita untuk ketenangan jiwa dan ketenangan dalam berbisnis atau berinvestasi ,kalau boleh saya bilang sebagai penetralisir sifat rakus,tidak peduli orang lain dan profit oriented semata.

Pertanyaan berikutnya, apakah benar kita akan rugi kalau kita bersedekah atau berinfak dan berzakat dari 2,5 %,10%,20% bahkan sampai 50% dari keuntungan kita? kalau mungkin dilihat dari kacamata matematika mungkin ia.., tapi dari segi agama tidak begitu.

Untuk itulah kali ini saya mengangkat tema bisnis dan sodakoh berikut pengalaman nyata yang dialami oleh pengusaha sukses yang saya ambil dari koran republika terbitan 2004, semoga bisa dijadikan nasehat dan inspirasi buat diri kita yang saat ini sebagai pelaku bisnis,karyawan dsb..

 Hidup di dunia, dibandingkan di akhirat hanya jam-jaman saja. Siksa di neraka tanpa batas. Nikmat di surga juga tanpa batas. Hal ini harus dipikirkan dari sekarang. Mumpung masih hidup. Namun, umumnya manusia, yang dipikirkan hanyalah yang sebentar itu, yang tanpa batas justru tidak dipikirkan.''

 Kalimat-kalimat bernfas dan bernada kearifan itu meluncur dari seorang lelaki tua yang masih terlihat gagah, Soeparno. Di usianya yang menginjak 74 tahun, ia masih aktif dalam berbagai aktivitas dakwah. Ia juga selalu bergiat memperbanyak sedekah.

 Pimpinan Santri Group itu menyedekahkan sebagian keuntungannya untuk umat. `'Ada beberapa perusahaan yang separuh untungnya untuk sedekah. Ada yang 20 persen keuntungnya untuk sedekah,'' papar Soeparno.

 Kalau kita datang ke Toko Santri miliknya yang berjumlah 12 dan tersebar di seluruh wilayah Solo, kita akan menjumpai spanduk bertuliskan, `'Sebanyak 20 persen hasil usaha untuk sedekah, 2,5 persen untuk zakat.''

 Apakah sedekah yang begitu besar (hingga mencapai 50 persen dari laba) tidak mengganggu usaha? Bukankah biasanya orang sengaja mencadangkan sebagian labanya untuk ekspansi usaha? ''Sama sekali tidak mengganggu usaha. Bukankah yang disedekahkan itu hanya labanya? Lagi pula, satu hal yang pasti, adalah keberkahan yang luar biasa.''

Bapak sembilan anak ini menambahkan, `'Saya tidak khawatir bahwa sedekah itu akan mengurangi laba dan mengganggu bisnis saya. Saya malah merasa bahagia, karena bisa memberikan sesuatu yang insya Allah berguna bagi orang lain,'' tutur lelaki yang memulai bisnis sejak masih usia belasan tahun.

Soeparno menyebutkan, anak-anaknya sudah besar semua. `'Tugas saya menyiapkan mereka untuk hidup layak di dunia boleh dibilang sudah terlaksana. Mereka semua sudah punya usaha. Sekarang justru yang penting adalah menyiapkan bekal buat saya pulang ke akhirat. Kalau saya menyedekahkan 50 persen laba saya, maka itulah yang jadi milik saya di akhirat nanti. Saya berharap bisa panen di akhirat,'' tuturnya.

Soeparno menyebutkan ada dua tujuan memperbanyak sedekah itu. Pertama, mencari ridha Allah. Kedua, memberi contoh kepada yang lain, khususnya keluarga dan sanak kerabat, supaya mencari kekayaan jangan untuk menyenangkan diri sendiri tapi untuk umat.

Dana sedekah dan zakat itu, oleh Soeparno digunakan untuk membangun pondok pesantren, masjid, SD Islam internasional, dan TK Islam. Soeparno juga mendirikan Yayasan Al Abidin. Dia menjadi ketua yayasan, sedangkan anggotanya adalah sembilan orang anaknya. `'Inilah sedikit sumbangsih kami kepada masyarakat. Semoga ada manfaatnya, dan semoga Allah SWT berkenan menerimanya,'' tuturnya.

Soeparno adalah contoh seorang pengusaha Muslim yang ulet. Dia merintis usahanya sejak kecil, sejak masih zaman Belanda. Mula-mula dia jualan nasi bungkus di desa Kaliyoso (Solo arah Purwodadi), keliling kampung. Kemudian dia berjualan rokok dan permen.

Tahun 1952 ia merantau ke Kalimantan. Dia sana dia masuk pendidikan militer selama enam bulan, dan menyandang pangkat Prajurit Dua. Dia jadi tentara sambil berdagang minyak tanah dan bertani di daerah Balikpapan. Tahun 1962, ia kembali ke Solo. Jadi tentara sambil berdagang beras. Tahun 1966, ia membuka pabrik kantong gula putih.''Tahun 1967 saya membuka pabrik jas hujan. Pabrik tersebut sampai sekarang masih bertahan. Produk tersebut beredar ke seluruh Indonesia. Mereknya adalah Cap Gajah,'' paparnya.

Tahun 1994, Soeparno melebarkan sayap usahanya dengan mendirikan pabrik tikar plastik. Pemasarannya mencakup Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ada beberapa merek yang dipasarkan, seperti Cap Gajah, Cap Ikan Terbang, dan Cap Kuda Terbang. Usaha Soeparno terus berkembang. Tahun 2002, ia membuka pabrik busa untuk mebel. Pemasarannya mencakup seluruh wilayah Jawa Tengah. Tahun 2004, dia membuka pabrik rantang plastik dan gantungan baju. `'Orang Muslim harus selalu jeli melihat peluang-peluang bisnis,'' tegasnya.

Tak hanya memproduksi bermacam-macam produk. Soeparno juga bermain di sektor hilir, yakni ritel. Dia mendirikan toko kelontong yang menjual bermacam-macam karpet dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Toko yang memakai merek 'Santri' itu dirintis sejak 10 tahun silam. Saat ini jumlahnya sudah mencapai 12 buah dan tersebar di seluruh wilayah Solo. `'Saya sengaja memakai atribut Islam. Jangan takut berbisnis memakai bendera syariah. Ini malah keharusan bagi seorang Muslim, agar usahanya jadi berkah,'' ujarnya.

Soeparno menyebutkan, 50 persen laba bersih pabrik busa, dan pabrik tikar disedekahkan. Pabrik mantel ada dua. Yang satu, 50 persen labanya disedekahkan. Yang satu lagi, 20 persen disedekahkan. `'Pokoknya jangan takut miskin lantaran bersedekah. Allah sudah berjanji akan membelas sedekah yang kita keluarkan dengan balasan berlipat ganda hingga 700 kali lipat. Dan janji Allah pasti benar,'' tandas Soeparno.

Dia menjelaskan, di zaman Rasulullah para sahabat senantiasa berlomba-lomba untuk bersedekah sebanyak mungkin. Abu Bakar,Umar, Ustman, Abdurrahman bin Auf dan lain-lain, semuanya selalu berlomba-lomba untuk bersedekah sebanyak mungkin. Abdurrahman bin Auf adalah contoh seorang pengusaha yang selalu bersedekah sebanyak-banyaknya, namun hartanya makin melimpah. Makin besar sedekah yang dia keluarkan, harta tersebut makin berkembang. `'Sungguh, Allah SWT tak pernah mengingkari janjinya,'' tegas Soeparno.

Soeparno mendidik anak-anaknya untuk berbisnis. `'Tak ada anak saya yang jadi pegawai,'' katanya. Mengapa dia tidak mau jadi pegawai dan juga `melarang' anak-anaknya jadi pegawai? `'Sebab, kalau kita jadi pegawai, sering ibadah kita tidak lancar atau tertekan. Pernah waktu jadi pegawai, saya dihukum gara-gara shalat. Kalau punya usaha sendiri, ibadah bebas,'' tegasnya.

Di samping itu, kata Soeparno, kalau kita jadi pegawai, penghasilan pun relative terbatas, karena sudah diatur oleh pemilik perusahaan. `'Mana ada pegawai yang kaya kalau tidak korupsi?''kritiknya. Sebaliknya, kalau kita berbisnis. Peluang meraih kekayaan terbuka lebar. `'Bukankah Nabi bersabda bahwa 90 persen rezeki berada di tangan pedagang dan pengusaha. Sisanya yang 10 persen itulah yang diperebutkan banyak orang,'' ujarnya memberikan alasan.

Totalitas Soeparno dalam ber-Islam juga ditunjukkan dengan perhatiannya kepada bank syariah. Dulu, sewaktu Bank Muamalat buka cabang di Semarang, Soeparno menarik dananya di bank konvensional, kemudian menyimpannya di bank syariah tersebut. `'Setelah Bank Syariah Mandiri membuka cabang di Solo pada Agustus 2000, maka dana saya seluruhnya saya pindahkan ke BSM Solo. Saya merupakan nasabah pertama BSM Solo. Saya tidak hanya nasabah penyimpan dana, melainkan juga nasabah pembiayaan di BSM,'' paparnya.

Itulah Soeparno. Lelaki yang kelihatan selalu gesit dan penuh semangat bila bicara soal-soal Islam dan kaum Muslimin. Lelaki yang rohaninya makin kayak arena dia tidak sungkan-sungkan untuk mendistribusikan sebagian kekayaannya untuk orang yang memerlukan. (www.alfalah.or.id, 2010)

Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan - Kisah Sukses Pengusaha tas


Bercita-cita menjadi seorang pengusaha sukses dan memiliki banyak harta yang melimpah tentunya menjadi keinginan setiap orang. Tidak mustahil, itu semua tentu saja bisa menjadi kenyataan asalkan dibarengi dengan usaha dan do'a. sebagai contoh kita lihat para pengusaha lokal yang sukses merintis perusahaannya dari 0 (nol), perusahaan yang mereka miliki sekarang ini bukanlah warisan dari dari orangtuanya, tetapi murni hasil dari kerja keras dirinya sendiri. Mungkin sepenggal kisah pengusaha tas asal Bandung yang satu ini bisa menginspirasi Anda untuk menjadi seorang entrepreuneur yang sukses. yuk, langsung saja kita simak penggalan kisahnya.

Rony Lukito, pengusaha tas terbesar di Indonesia ini dulunya adalah seorang anak dari keluarga yang memperihatinkan. Orangtuanya bukanlah dari kaum berada. Dimasa remajanya Rony yang tinggal di Bandung adalah sosok pemuda yang rajin dan tekun, dia bukan seorang lulusan perguruan tinggi negeri atau pun perguaruan tinggi swasta terfavorit. Melainkan dia hanyalah seorang lulusan STM (Sekolah Teknologi Menengah), meskipun sebenarnya dia sangat ingin sekali melanjutkan study-nya di salah satu perguruan tingggi swasta terfavorit di Bandung. Namun keinginannya itu tidak menjadi kenyataan karena harus terbentur masalah keuangan.

Semenjak bersekolah di STM Rony sudah terbiasa berjualan susu yang dibungkus dengan plastik-plastik kecil, diikat dengan karet, kemudian susu tersebut ia jual kerumah-rumah tetangganya dengan menggunakan sepeda motor miliknya. Masa remaja Rony di Bandung dilewati dengan penuh kesederhanaan yang jauh dari kehidupan serba ada apalagi yang disebut kehidupan glamour. Sesuatu yang tidak berlebihan jika banyak orang yang mengatakan bahwa keberhasilan itu memang akan selalu berpihak kepada orang-orang yang mau bekerja keras dan sungguh-sungguh ingin merubah nasibnya. Demikian pula Rony yang sejak remaja biasa bekerja, kini ia berhasil menjadi pengusaha sukses di bisnis tas berkat serangkaian usaha dan kerja kerasnya. Tidak salah memang jika Rony dikatakan sebagai seorang pengusaha tas terbesar di Indonesia.

Itu memang bukan kalimat yang berlebihan, lihat saja produk yang di hasilkan dari perusahaan Rony, B&B Incorporations (B&B Inc.) merajai pasar tas yang ada di Indonesia. Para pengunjung taktiku tentu kenal dengan merek-merek tas yang sudah populer ini, seperti: Eiger, Export, Neosack, Bodypack, Nordwand, Morphosa, World Series, Extrem, Vertic, Domus Danica, Broklyn dll. Mungkin merek tersebut dikalangan anak sekolah dan kuliahan sudah tidak asing lagi, yang memang produk-produk hasil perusahaan Rony sengaja di targetkan untuk kalangan pelajar.

Semua merek tas tersebut di distribusikan secara nasional, sehingga wajar bila merek dagangnya sudah sangat terkenal. Produk Rony juga tersedia di berbagai outlet modern seperti Toserba Ramayana, Matahari Departemen Store, Robinson, dan berbagai hypermart seperti Carrefour, hingga jaringan toko-toko buku seperti Gramedia, dan Gunung Agung belum lagi toko-toko dan grosir tradisional lainnya.

hmmm... luar biasa bukan ?. Bagaimana, apakah Anda sudah tertarik untuk menjadi seorang entrepreuneur? :) Perusahaan Rony murni dari hasil kerja kerasnya sendiri, bukanlah warisan dari orangtuanya. (Buku 10 pengusaha yang sukses membangun bisnis dari 0, 2010)

MAPAN DENGAN SAYUR MAYUR

Sabar dan tekun, dua hal yang di pegang Yanto Sugianto (28) dalam menjalankan usahanya sebagai sayur mayur di Pasar Curug Agung, Kec. Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Hampir 6 tahun ini Yanto merasakan jatuh bangun menjadi pengusaha kecil.keptusannya untuk tidak kuliah selepas SMA, ternyata membuahkan hasil manis. Saat ini, dia memiliki dua kios sayur mayur dengan omzent Rp. 10 juta setiap bulannya. 

Pada 2002, dengan modal Rp.1 juta, saya mulai berjualan di Pasar Curug Agung dengan mengontrak kios," kata pria kelahiran Majalengka, 18 Agustus 1981.


Kiat agar pelanggan tetap setia, menurut dia dengan menjaga kepercayaan pelanggan. Yanto tidaj pernah menurunkan kualitas komoditas yang dia jual. Bagi dia, lebih baik beli mahal tetapi kualitasnya tetap terjaga baik. Namun, sekalipun Yanto membeli sayuran lebih mahal, dia tidak pernah menaikkan harga kepada para langganannya. "Untungnya, Pasar Curug Agung ini selalu ramai sampai sore, apalagi dekat pabrik, "kata Yanto.


Selain melayani penjualan eceran, Yanto juga meladeni penjualan partai besar, seperti katering. Penghasilan bersih satu hari rata-rata Rp. 500 ribu sampai Rp. 600 ribu. Dia masih menyimpan keinginan untuk menambah jumlah kios lagi. Selain itu, dia juga ingin mengembankan sayap menjadi agen elpiji 3 kg.


Tentang keberhasilannya, di akui Yanto tidak terlepas dari bantuan Bank Jabar Banten saat menawarkan modal. Pada 2003, setelah menjadi nasabah Bank itu, Dia mendapat kucuran kredit Rp. 10 juta untuk jangka waktu satu tahun. Kepercayaan dan kelancaran Yanto membayar kreditnya, membuat Bank Jabar Banten bersedia memberikan kucuran kredit lagi. Pada 2008 ini, Yanto mendapat bantuan kredit Rp. 60 juta.


" Dari kucuran kredit itu, sebagian saya jadikan modal usaha. sisanya saya belikan mobil dan motor, untuk mendukung operasional usaha. Saya juga bisa membeli 2 kios secara bertahap. Jadi, kalau dulu mengontrak sekarang punya sendiri," ujar ayah satu putri ini.


Kios pertama yang dimiliki Yanto dia beli pada 2004 lalu dengan harga Rp. 31 juta. Setelah itu, dia memperluas usahanya dengan membeli satu kios lagi pada 2008 seharga Rp. 40 juta. Dengan kedua kios itu dia bisa memperkejakan tig orang pegawai yang sebelumnya delapan orang dengan alasan pengoptimalan dan efisiensi. (Windy Eka Pramudya) (www.alfalah.or.id, 2010)

Bagaimana Memulai Usaha dari Rumah


Membuka usaha dari rumah sendiri bisa menjadi salah satu pilihan untuk memulai langkah pertama sebagai pengusaha. Kita ketahui banyak pengusaha sukses yang mengawali karirnya dari rumah. Dan banyak pula perusahaan besar yang awalnya dirintis dari rumah pendirinya.

Memiliki usaha dari rumah akan menghemat investasi pada tempat / lokasi. Karena tidak perlu menyewa dan tidak perlu membelinya. Kalaupun rumah kita masih ngontrak, rumah yang kita kontrak akan menjadi lebih produktif dan tidak sekadar ditempai untuk tidur semata.

Di era digital saat ini, peluang untuk membuka usaha dari rumah terbuka sangat lebar. Kita bisa membuka usaha penjualan barang maupun jasa lewat internet. Asal barang dan jasa yang kita jual banyak yang membutuhkan dan web site yang kita buat bisa menjangkau calon pembeli, maka peluang mendulang uang lewat internet sangat terbuka.

Tidak hanya bisnis melalui internet, bisnis tradisional atau konvensional-pun bisa dimulai dari rumah. Syukur-syukur rumah kita ada di tempat yang strategis, maka kita memiliki kesempatan besar untuk mendatangkan konsumen.

Tapi bagaimana kalau lokasi rumah kita tidak strategis? Saya kira peluang untuk memiliki dan mengatur usaha dari rumah tetap ada. Berikut ini saya ceritakan salah satu sepak terjang seorang rekanan bisnis kami (rekanan Kios Addina).

Ia seorang wanita yang memiliki bisnis yang sangat lumayan menurut ukuran saya. Dan dia menjalankannya lewat rumah. Strategi yang ia pakai adalah Konsinyasi, strategi yang mudah bukan?

Kebetulan, dia memproduksi sendiri beberapa jenis gamis dan makanan ringan. Barang-barang yang ia bikin, ia titipkan ke beberapa kios, toko, dan butik. Bahkan ia menitipkan penjualan makanan ringan ke beberapa pedagang kaki lima.

Tidak hanya barang buatan sendiri, setiap ada peluang dia juga menitipkan barang-barang yang dia beli dari produsen lainnya. Kuncinya di sini adalah networking dan kemauan untuk menjalin networking yang baru.

Pada hari-hari tertentu dia keliling dari kios ke kios, dari toko ke toko, dari butik ke butik, dan dari PKL ke PKL lainnya untuk mengecek barang dagangannya, menagih bayaran untuk barang yang laku, dan menitipkan kembali barang-barang baru untuk mengganti yang sudah laku atau menukar dengan barang yang tidak laku.

Ketika ditanya penghasilannya, dia bilang yach.. lumayan dan tersenyum penuh makna :-) .

Yang jelas dengan cara ini, dia bisa punya banyak toko tanpa perlu menyewa toko dan tanpa membeli toko. Iapun bisa mengatur sendiri irama bisnisnya.

Semoga bermanfaat. (www.alfalah.or.id, 2010)

Bisnis Laundry

Coba apa yang terpikir saat menyimak angka-angka di bawah ini? Di Jakarta yang berpenduduk sekitar 8 juta atau kurang-lebih 2 juta kepala keluarga, diprediksi hanya kurang dari 0,5 % yang terjamah jasa binatu. Pada 2007 ini, ditengarai angkanya baru sedikit meningkat dibandingkan angka tahun lalu yang diperkirakan sekitar 5.000 kepala keluarga.  
Padahal, pergeseran gaya hidup serta tuntutan kebutuhan ekonomi menyebabkan sebagaian besar penghuni Jakarta menjadi keluarga super sibuk. Hampir semua anggota keluarga, baik suami maupun istri dituntut memiliki mobilitas tinggi dan menghabiskan sebagian besar waktunya pada aktifitas di luar rumah.  

Hal itu tidak ayal menyebabkan beberapa urusan di dalam rumah kurang menjadi perhatian karena setelah lelah seharian bekerja yang terpikir sesampai di rumah adalah istirahat. Pekerjaan mencuci dan menyetrika baju misalnya, kerap kali menjadi urusan yang merepotkan sehingga butuh bantuan orang lain sebab mau tidak mau penampilan yang bersih dan trendy diperlukan untuk mendukung setiap kegiatan. 


Maka tidak salah apabila laundry merupakan salah satu bisnis jasa yang pasti akan terus berkembang. Tidak hanya di Jakarta, di kota-kota besar lainnya pun, pasarnya cukup menggiurkan. Di Jogjakarta yang tercatat memiliki 300.000 mahasiswa dan pelajar, konon bisa menghasilkan perputaran omset tidak kurang dari Rp 1,5 miliar per bulan. Dan ini hanya dinikmati 300-an laundry. 

Secara garis besar, saat ini berkembang dua jenis binatu berdasarkan model penghitungan biaya. Yang terlebih dahulu ada yakni berdasarkan jumlah pakaian per potong, kemudian menyusul model laundry dengan mengitung berat cucian atau laundry kiloan yang belakangan mulai marak.  


Fenomena yang disebut terakhir ini cukup menarik. Sekarang bayangkan saja, misalkan 10% dari 2 juta keluarga di Jakarta dengan rata-rata terdiri 4 orang anggota bisa tergarap maka sama artinya terdapat 800.000 orang minta dilayani. 

Apabila setiap hari masing-masing mempunyai pakaian kotor sebanyak 1,5 kg pakaian berarti 1.200 ton siap dicuci. Itu baru sejumlah konsumen dari keluarga dan belum menghitung pangsa pasar lain seperti jutaan kamar penginapan dan hotel, masih ditambah restoran dan lain-lain. Bisa dipastikan omset yang mampu diraup mencapai triliunan rupiah per bulan!


Peluang menggiurkan itulah yang ditangkap para pengusaha sehingga banyak binatu baru mulai bermunculan. Contohnya Fasolia Winda dan Litha Aprilyanti yang bekerja sama mendirikan Umi Klin. Meski baru beroperasi mulai 1 Maret 2007 tetapi bisnisnya mulai dirintis sejak bulan Januari dengan mengusung konsep laundry kiloan. Bermarkas di kompleks perumahan di kawasan Bekasi maka pasar utama yang dibidik tidak lain adalah para keluarga yang menjadi penghuni perumahan.  


Mengaku tidak mau membuka usaha asal jadi Winda melakukan berbagai persiapan, di antaranya survei laundry kiloan sejenis yang telah lebih dahulu ada. Menariknya jebolan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya itu menerapkan strategi yang agak berbeda untuk pengembangan usaha. Ia mengamati bisnis laundry pada umumnya mengoperasikan usahanya dulu baru disusul pembukaan agen-agen, sehingga perkembangannya lebih lambat. 

“Dari awal saya berkesimpulan kalau saya berdiri tanpa bantuan dari mitra-mitra, perkembangannya akan lambat sekali. Maka sebelum jalan, saya berusaha menghubungi orang-orang yang bersedia menjadi agen,” ungkap mantan aktifis bidang pendekatan personal itu.


Sehingga sejak awal buka, dikatakan, sudah terdapat 15 agen dan sekarang telah menjadi sekitar dua puluhan orang. Uniknya mereka ternyata bergabung tidak semata-mata gratis tetapi dibebani biaya stater pack spanduk maupun brosur. 

Sebab bukan hanya sebagai tempat transit, agen dituntut aktif pula melakukan penawaran jasa ini di wilayah tertentu termasuk menawarkan bentuk kerja sama ke rumah-rumah sakit, misalnya Besarnya biaya kemitraan tidak sama, tetapi tergantung bargain poweryang disesuaikan kondisi perusahaan. Artinya semakin banyak jumlah agen yang terdaftar, nilai rupiahnya juga semakin tinggi. “Biaya itu sekaligus berfungsi sebagai motivator,” imbuhnya.


Dengan mengandalkan kekuatan jaringan seperti itu Winda serta Litha bisa berbangga karena keduanya hanya membutuhkan waktu dua minggu untuk memenuhi target mencuci 110 kg per hari. Sedangkan pada laundry yang memakai strategi konvensional dibutuhkan setahun lebih untuk bisa mencapai target 100 kg lebih per hari. Dengan modal investasi sekitar Rp 40 juta dan cukup 3 unit mesin cuci masing-masing dapat beroperasi 5 kali dalam sehari, pada bulan pertama sudah mampu menghasilkan pemasukan sekitar Rp 15 juta.


Agar jasa yang ditawarkan mudah diterima oleh konsumen dua wanita kelahiran Sumatera Selatan ini berusaha membuat berbagai variasi yang fleksibel. Di samping layanan standar cuci plus setrika dengan tarif murah Rp 5.500,00 per kilo, mereka juga menawarkan paket jasa setrika pakaian dengan biaya Rp 3 ribu. Umi Klin bahkan mempunyai program sistem out source, pelanggan boleh mencuci sendiri pakaian kotor mereka dengan biaya Rp 3 ribu tiap setengah jam, atau sama dengan Rp 6 ribu per jam. Ada juga paket hemat keluarga dengan biaya sebesar Rp 250 ribu per bulan yang bisa dibayarkan setelah menerima gaji bulanan serta layanan antar-jemput maupun pilihan bagi konsumen apakah pakaian tersebut hendak dilipat ataukah digantung.   


Melihat prospek usaha yang cukup cerah istri Allan Demon itu juga sudah melirik kemungkinan kerja sama waralaba walaupun belum genap berusia setengah tahun. Disebutkan saat ini meskipun belum terdapat penawaran resmi namun paling tidak sebanyak 8 calon franchisee menyatakan berminat, dua di antaranya dari Bogor serta Bangka-Belitung. “Pada dasarnya untuk bisnis laundry tidak terlalu terpengaruh lokasi. Kuncinya adalah kemampuan membentuk agen-agen di berbagai daerah. Saya tidak mau ada lebih dari satu agen di wilayah yang sama,” Winda mengungkapkan keyakinannya. Walau begitu diakui pula tingkat persaingan yang terjadi cukup tinggi sehingga mengatasinya harus dengan memperkuat kualitas pelayanan termasuk cara mendekati costumer dengan sikap keramah-tamahan.


Sikap optimis juga ditambahkan Litha karena melihat celah pasar lumayan lebar, yakni banyaknya keluarga sibuk, sementara mendapatkan pembantu rumah tangga yang bisa dipercaya gampang-gampang susah. “Keuntungan  di Jakarta dibandingkan dengan kondisi di daerah, daya beli lebih tinggi dan kuantitas warganya lebih banyak,” tukasnya.




Analisa Bisnis Laundry Kiloan
Investasi usaha                                                                                   Rp 40.000.000,-


Penghasilan (Asumsi 100 kg cucian/hari)    Rp 550.000,- X 30 hari      Rp 16.500.000,-
Biaya operasional                                                                                 Rp   9.000.000,-
---------------------
Keuntungan bersih per bulan Rp   7.500.000,-
Kesimpulan: Investasi sudah kembali pada 6 bulan pertama  (MajalahPengusaha.Com, 2010)

Cara Mudah Membuat Kripik Buah dan Sayur



Dengan menggunakan peralatan tertentu, buah dan sayur yang KURANG BERNILAI itu, bisa menjadi komoditi dengan nilai jual tinggi. Dengan mesin ini, Anda bisa mejadi produsen keripik nangka, keripik nanas, keripik waluh, keripik apel, keripik mangga, keripik jamur, keripik teri , keripik salak, keripik apel, kripik melon, kripik pepaya, dll

Di website ini, Anda akan mengetahui bagaimana cara menjadikan buah dan sayur bernilai jual tinggi, dengan cara membuatnya menjadi keripik buah dan keripik sayur. Kami sediakan mesin dan peralatan lengkap pengolahan buah menjadi kripik, dan pelatihan GRATIS !!!

 Begitulah Pak Harli Nugroho menjelaskan di dalam webnya http://www.mesinproduksi.com/, sebagai Asisten direktur tugas Pak Harli memang untuk berkomunikasi lewat pelanggan langsung di website perusahaan. Alamat perusahaan PT. Toko Mesin Maksindo di  Jl. Kresna No. 2 Malang - Indonesia, deng contact person to marketing: Erdini Enggar / Harli / Lidya. Telp. 0341-355897, 0341-342223, 0341-7770016, HP. 08123386165 (jam kerja).

Penawaran ini cukup unik, Pak Harli memberikan kailnya bukan ikannya kepada calon pembeli atau calon wirausaha, karena dengan mesin yang di produksi di perusahaan Pak Harli semua bisa menghasilkan duit atau peluang mendapatkan duit yang cukup besar.

Berikut penjelasan dari beberapa mesin yang dibuat di perusahaan Pak Harli.

Penjelasan mesin Vacuum Frying

Mesin vacuum frying atau mesin penggoreng hampa adalah mesin untuk membuat aneka keripik buah dan sayur (fruits and vegetable chips) dengan sistim vakum. Mesin pengolah buah menjadi keripik ini adalah tergolong teknologi tepat guna yang baru di Indonesia

Dengan mesin pengering buah ini, Anda bisa membuat keripik mangga, keripik melon, keripik nanas, keripik nangka, keripik pepaya, keripik salak, jamur tiram dan lain-lain
Cara Kerja Mesin Vacuum Frying / Penggoreng Vakum
Sistim kerja mesin vacuum frying (pengering buah) sebagai berikut. Buah / sayur digoreng pada mesin vacuum fryer, dengan medium minyak goreng. Pemanasan minyak goreng disetting pada suhu rendah (80-85 derajat celcius). Pemanasan ini menggunakan bahan bakar LPG. Untuk mempercepat penggorengan, maka dilakukan penyedotan kandungan air pada buah dengan cara pemvakuman. Pemvakuman ini menggunakan pompa khusus, dengan tenaga listrik.

Suhu penggorengan terkontrol otomatis (80-85 derajat celcius). Suhu yang terjaga rendah ini, menjadikan produk Anda tidak gosong, sehingga warna sesuai aslinya.

pengaturan suhu otomatis

Suhu juga bisa Anda atur sesuai keinginan, baik diturunkan atau dinaikkan. Misalnya saja, jika Anda ingin menggoreng bahan lain, yang suhunya butuh lebih rendah ataupun lebih tinggi
Mesin dirangkai sedemikian rupa, sehinga Anda bisa mengoperasikannya dengan mudah.
Buah dan sayur yang bisa digoreng dengan mesin Vacuum Frying
Beberapa buah dan sayur yang bisa digoreng dengan mesin Vacuum Frying(penggoreng hampa) menjadi keripik antara lain : nanas, apel, salak, nangka, pepaya, melon, mangga, pisang, wortel, waluh, apel, terung, labu siam, buncis, kacang panjang, mentimun, jamur tiram, bawang, kacang panjang, durian, dll

Kelebihan Buah / Sayur yang Digoreng Dengan Vacuum Frying
  • Nutrisi tidak hilang, karena digoreng pada suhu rendah (80-85 Derajat Celcius), disertai dengan pemvakuman
  • Warna tidak berubah dan tidak gosong
  • Penggorengan alami, tanpa penambahan zat pewarna dan perasa
  • Keripik renyah dan nikmat

Mengapa Peluang Usaha Keripik Buah dan Keripik Sayur Menggiurkan ?

  • Bahan baku mudah diperoleh
  • Keuntungan bisa mencapai 100 % . Harga jual keripik buah mencapai Rp 65.000 - Rp 110.000/ kg
  • Balik modal cepat (4-6 bulan )
  • Pasar terbuka lebar, bahkan peluang eksport sangat besar
  • Mesin bisa untuk menggoreng aneka ragam buah dan bahan lain
  • Proses produksi dan pengelolaan usaha sangat gampang
Langkah membuat keripik buah dengan mesin vacuum fryer


  • Kupas buah. Iris sesuai dengan yang Anda inginkan


  • Masukkan buah ke mesin


  • Keripik buah akan matang selama 45-60 menit


  • Tanpa bahan tambahan, tanpa bahan pengawet (www.alfalah.or.id, 2010)

Kisah Sukses Pebisnis Muda Waralaba





Kuliah boleh saja di bidang teknik, bahkan melanjutkan S2 di bidang manajemen proyek, tapi bisnis franchise makanannya menggurita. Menjadi narasumber di tv, radio, koran, dan majalah adalah hal biasa.
Cak Eko, arek Suroboyo asli yang baru berusia 34 tahun ini adalah pendiri dan pemilik waralaba Bakso


Malang Kota “Cak Eko”. Pemilik nama lengkap Henky Eko Sriyantono ini adalah sarjana Teknik Sipil ITS.
Prestasinya? Luar biasa. Di umur masih masih muda, dia baru saja dinobatkan oleh koran Bisnis Indonesia sebagai juara I “Bisnis Indonesia Young Entrepreneur Award 2008” untuk kategori utama.
Penganugerahan paling gress adalah menyabet juara I Wirausaha Muda Mandiri 2008. Penyerahaan penghargaan ajang bergengsi dari Bank Mandiri tersebut dilakukan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi oleh Menteri BUMN Sofyan Jalil. Acara tersebut disaksikan oleh 1500 undangan yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center, 3 Desember 2008.


Masih ada lagi yang terbaru, tanggal 11 Desember 2008 usaha Cak Eko Bakso Malang Kota “Cak Eko” menyabet Penghargaan The Best In Business Prospect Indonesia Franchise Start Up 2008.
Penghargaan lainnya adalah “Indonesian Innovative Creative Award 2007” dari Menteri Koperasi & UKM, Menakertrans & Menperin, “Indonesian Small Medium Business Entrepreneur Award 2007” dari Menkop & UKM.


Tidak hanya bisnis bakso, Cak Eko juga pemilik & pendiri waralaba “Soto Ayam Kampoeng Jolali” yang didirikan tahun 2007, serta waralaba “Ayam & Bebek Goreng Sambel Bledeg” yang baru didirikan tahun ini.
Mewariskan ilmu wirausaha juga sudah mulai dilakukannya. Ada empat buku yang diterbitkan Elexmedia yakni ”Resep Paling Manjur Menjadi Karyawan Kaya Raya (September 2007)”, “15 Jurus Antirugi Buka Usaha Rumah Makan (Juli 2008)”, ”Obat Paling Mujarab Sembuhkan Penyakit Penyebab Kebangkrutan Usaha (Oktober 2008)”, dan “The Cak Eko Way, Kiat Menggapai Kesuksesan Bisnis Bermodal Tekad dan Sedekah (rencana terbit 22 Desember 2008)”


Lebih lengkapnya tentang bisnis Cak Eko, berikut wawancara dengan Cak Eko, termasuk kisah jatuh-bangunnya membangun bisnisnya.


Sampai sekarang, berapa franchise yang berhasil anda jual?


82 franchise. Permintaan cukup banyak baik dari wilayah Jabodetabek sendiri maupun wilayah luar Jawa. Ini tidak terlepas dari strategi positioning, diferensiasi dan branding yang selalu kami gunakan dalam mengembangkan bisnis franchise ini sehingga nama/merek makin dikenal dan nilai penjualan masing-masing gerai/cabang meningkat.


Berapa omsetnya?


Omset 1 cabang bervariasi ada yang 15jt sebulan, ada yang 30 juta sebulan bahkan yang tertinggi ada yang mencapai 120 juta perbulan


Berapa jumlah angkatan kerja yang terserap?


Untuk tiap cabang minimal 4-6 orang. Jadi secara keseluruhan mencapai 350 - 400 tenaga kerja dengan tingkat pendidikan sebagian besar lulusan SMA.


Dari mana anda mendapat resep2nya?


Dari belajar sendiri saat di Surabaya dan melakukan berbagai eksperimen memadukan berbagai resep baik dari majalah, mengikuti kursus (untuk menu tambahan), buku resep di toko buku maupun resep dari internet yang saya lakukan selama 3 bulan lamanya.


Saat belum semaju sekarang, apa kendala yang anda hadapi?


Kendala yang dihadapi adalah masalah membangun merek yang benar-banar baru dari nol, disamping itu adalah masalah mencari pelanggan.


Nah, untuk mereka yang baru membeli franchise anda. Ada tips supaya mereka maju?
Tips bagi franchisee agar dapat maju adalah :
1. aktif terlibat dalam pengawasan operasional
2. Melakukan promosi secara kontinyu (tidak hanya diawal pembukaan saja)
3. Aktif berkomunikasi dengan franchisor apabila ada masalah
4. Mentaati SOP (Standar Operasional dan Prosedur)
5. Mempunyai niat, kesabaran, ketekunan serta keyakinan kuat bahwa usahanya akan berhasil.


Sebelumnya anda bekerja sebagai apa? Lalu kenapa memutuskan keluar?


Bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan pemerintah. Memutuskan berwirausaha karena ingin membuka lapangan kerja serta membuat hidup lebih berkualitas dari segi kesejahteraan serta mempunyai waktu lebih untuk keluarga.


Ada tips untuk masyarakat yang ingin sukses seperti anda? (dalam hal penciptaan atau inovasi terbaru)
Tips dari saya yang terpenting agar sukses adalah :
1. Berani memulai
2. Mempunyai keyakinan yang kuat untuk sukses
3. Jeli melihat peluang
4. Menciptakan merek usaha yang unik
5. Memodifikasi produk sesuai keinginan pasar
6. Terlibat secara langsung dari awal proses usaha


Lalu langkah apa yang akan anda lakukan untuk mencapainya?
Melakukan strategi penguatan merek di tingkat nasional selanjutnya mengikuti pameran-pameran franchise yang diadakan di luar negeri.


Untuk menjadi franchise Anda bagaimana caranya?


Mempunyai lokasi yang strategis baik di mal, di jalan utama dekat perkantoran, kampus, pemukiman padat penduduk, stasiun, bandara, pasar modern dll. Selanjutnya lokasi tersebut kami lakukan survey untuk menentukan kelayakannya. Apabila sudah kami nyatakan layak, selanjutnya tahap kontrak dimana nilai investasinya disesuaikan dengan tipenya.


Ada tiga tipe investasi yaitu :
1. Tipe Foodcourt di mall dengan investasi 50 juta ini sudah meliputi biaya franchise fee dan semua peralatan
2. Tipe Mini Resto di ruko/mal (uk.40-80m2) dengan investasi sebesar 80 juta ini juga sudah meliputi biaya franchise fee dan semua peralatan termasuk meja kursi
3. Tipe Resto di ruko/mal/stasiun/bandara (uk.>80m2) dengan investasi sebesar 110 juta juga sudah meliputi biaya franchise fee dan semua peralatan termasuk meja kursi.


Untuk lebih detilnya, dapat dilihat di www.baksomalangcakeko.co.nr
Selanjutnya calon franchisee juga menyediakan karyawan minimal 4 orang yang akan kami training selama 2 hari meliputi praktek memasak, menyajikan dan etika pelayanan.


Setelah sukses sekarang, apa obsesi anda berikutnya?


Obsesi saya adalah Bakso Malang Kota ”Cak Eko” merambah ke seluruh penjuru dunia. Keinginan ini sejalan dengan visi saya yaitu menjadi waralaba makanan tradisional Indonesia yang mendunia. Dalam waktu dekat kami akan membuka cabang di Singapura dan California USA.
*****
Suksesnya Cak Eko tidak ujug-ujug. Ada masa jatuh bangun. Ada perjuangan sangat berat yang kini berujung pada mengguritanya bisnis franchisenya. Berikut ini kisahnya:


Tahun 1997, saat baru pertama kali hijrah di Jakarta saya pernah jual-beli HP second. Saya beli HP second dari Jakarta, dijual di Surabaya. Cuma bertahan 1 tahun karena semakin lama marjin yang saya dapatkan kecil. Harga jual HP second di Jakarta dan Surabaya hampir sama.
Tahun 1998, saya mencoba peruntungan di bisnis MLM. Namun saya hanya bisa bertahan selama 6 bulan dikarenakan jiwa saya tidak bisa sepenuhnya menjalankan bisnis ini secara maksimal.
Tahun 1999, karena sedang booming agrobisnis, saya patungan dengan 7 orang teman. Menanam jahe gajah 3 ha di Sukabumi. Operasional, perawatan dan penanaman kami percayakan kepada KUD setempat. Kami mengunjungi setiap 2 minggu sekali.


Saat panen kami gagal. Tonase tidak sesuai dengan perkiraan. Kegagalan ini lebih disebabkan oleh faktor kurangnya pengawasan dan pengetahuan tentang ilmu pertanian. Uang modal 5 juta saat itu yang sebenarnya saya harapkan bisa berlipat sebagai modal nikah tahun 2000 habis tak berbekas.


Tahun 2000, dengan segala keterbatasan, saya menikah di Surabaya. Beberapa hari setelah pernikahan, istri langsung saya boyong ke kost-kost-an yang sudah dipersiapkan di Jakarta. Tempat yang sangat sederhana dan tidak ada perabot apapun. Uang sisa-sisa sumbangan pernikahan saya gunakan untuk membeli sebuah kasur dan beberapa perlengkapan lain.


Hidup di Jakarta bersama istri dengan gaji pas-pasan adalah problem. Uang gaji yang tidak seberapa membuat saya kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti uang belanja, sewa kamar (kost) hingga keperluan-keperluan lainnya. Dalam posisi yang serba sulit dan terjepit itulah adrenalin saya kembali naik. Keinginan saya muncul kembali, yaitu keinginan untuk kembali berbisnis !!


Berbagai informasi dan peluang saya cari melalui internet. Saya dapat peluang untuk mengirimkan sebuah artikel teknik ke Jepang. Dengan berbekal kemampuan menulis dan didukung dengan kenekatan saya mengirimkan abstraksi makalah dan berhasil. Abstraksi naskah saya diterima dan saya berkesempatan jalan-jalan gratis ke Jepang.


Saya tidak menghabiskan semua biaya perjalanan yang saya dapat dan pada saat kembali ke Tanah Air. Bisa mengumpulkan uang sebesar 13 juta sisa dari perjalanan saya ke Jepang. Intuisi bisnis saya segera berputar. Uang 13 juta untuk apa?


Pilihan saya jatuh pada menjalani bisnis tas dan dompet kulit produksi Tanggulangin Sidoarjo. Bisnis berjalan lancar. Barang yang saya datangkan dari Tanggulangin saya sebar ke butik-butik di Jakarta.
Yang menjadi persoalan adalah pembayaran dari butik-butik tersebut tidak selancar yang diharapkan. Sistem konsinyasi yang diterapkan tidak mendukung kelancaran cash flow. Banyak tagihan yang tertunda hingga membuat saya kesulitan memutar uang.


Setelah satu tahun berjalan saya memutuskan untuk berhenti dari bisnis tersebut. Barang-barang yang berada di butik pun saya tarik semuanya dan dibawa pulang kerumah untuk saya bagi-bagikan kepada keluarga. Alih-alih mendapat untung, modal usaha sebesar 13 juta pun amblas.


Saya bukan tipikal orang yang mudah menyerah dan putus asa. Setelah gagal berbisnis Jahe Gajah dan tas kulit, bisnis lainpun saya coba. Tahun 2001 pilihan saya jatuh pada bisnis busana muslim. Dengan modal sebesar 5 juta yang berasal dari pinjaman koperasi kantor, bisnis busana muslimpun saya jalani.


Saya pilih pasar Tanah Abang Jakarta sebagai tempat kulakan dan kota Surabaya menjadi tujuan saya untuk melempar barang. Bisnis saya berkembang pesat dengan tingkat keuntungan mencapai 100%. Kala itu saya tidak mengambil keuntungan usaha untuk keperluan konsumtif. Keuntungan yang saya dapat saya tambahkan lagi sebagai modal hingga akhirnya aset yang saya miliki makin berkembang.


Lama kelamaan banyak orang yang meniru bisnis ini dan kompetitor mulai bermunculan dengan harga yang lebih murah. Hingga akhirnya omset bisnis saya turun drastis. Setelah saya jalani selama 1 ½ tahun, walaupun tidak rugi total, saya memutuskan untuk berhenti dan beralih ke bisnis kerajinan tangan (handy craft).


Pertengahan tahun 2002, saya melihat-lihat pameran handy craft dan tertarik dengan kerajinan miniatur becak & sepeda yang dipajang di salah satu stand. Saya mencoba untuk memproduksinya sendiri. Tiap sabtu dan minggu saya membawa proposal penawaran ke beberapa hotel dan pasar swalayan di Jakarta.
Beberapa tempat bersedia menerima produk tersebut. Lagi-lagi persoalannya semua hanya bersedia menerima barang dengan sistem konsinyasi. Kesulitan cash flow kembali terulang. Setelah berjalan 6 bulan bisnis kerajinan tangan inipun saya tutup.


Awal tahun 2003 saya kembali bangkit untuk berbisnis. Kali ini saya mencoba menggeluti bisnis catering rumahan di perumahan Vila Nusa Indah II tempat tinggal saya kala itu. Awalnya bisnis ini berprospek bagus, namun kompetitor membuat bisnis ini harus membuat inovasi baru.


Kala itu saya mencoba untuk membikin variasi menu makanan yang bisa menjadi pilihan para pelanggan. Saya sebar brosur untuk agar mendapatkan pelanggan baru. Namun adanya kompetitor baru yang lebih kreatif dan inovatif, maka bisnis inipun mengalami penurunan omset. Bisnis inipun tidak saya teruskan.
Tahun 2004, saya tertarik dengan sebuah produk franchise makanan ringan sejenis crispy. Dengan modal uang 5 juta saya beli franchise tersebut dan mulai berjualan di kompleks perumahan villa Nusa Indah, Jati Asih, Bekasi.


Tiga bulan pertama, sangat ramai (memperoleh omset sebesar Rp. 250.000/hari). Rupanya keberuntungan belum berpihak pada saya. Karena setelah ramai selama tiga bulan, bulan-bulan selanjutnya omset turun drastis. Untuk mengatasi hal tersebut maka saya putuskan untuk pindah ke lokasi lain. Di lokasi yang baru tersebut bisa diperoleh omset sebesar Rp. 150.000 dengan prosentase keuntungan sebesar 30%.


Memang di bisnis ini tidak mengalami kerugian namun saya merasa prospek kedepan bisnis ini tidak terlalu bagus hingga akhirnya bisnis inipun saya sudahi setelah berjalan 1 tahun walau kontrak waralabanya 2 tahun.
Pengalaman mengambil bisnis waralaba itu membawa hikmah tersendiri bagi saya. Impian besarnya sangat kuat, yaitu ingin memiliki sebuah bisnis yang menerapkan sistem franchise. Jeda waktu satu tahun (2005) saya manfaatkannya untuk mempelajari dan mengamati berbagai jenis usaha franchise yang sudah ada.


Obsesinya adalah menjadi pemilik waralaba bisnis makanan pun terus berkobar. Hingga akhirnya sekitar tahun 2005 (menjelang Ramadhan), pada saat mengantar saudara ke stasiun Gambir dan bandara Soekarno-Hatta, saya tertarik melihat sebuah rumah makan bakso yang selalu ramai dikunjungi pembeli.


Intuisi saya segera muncul bahwa inilah jenis bisnis yang selama ini saya cari dimana dengan hanya menjual bakso yang saat itu dikenal dengan makanan rakyat namun bisa masuk bandara yang sewanya pertahun mencapai ratusan juta. Di bulan dan di tahun itupula saya langsung mempunyai niat yang kuat untuk belajar ilmu membuat bakso di Surabaya.


Saya segera belajar dari juru masak bakso yang dikenalkan oleh kerabat dekat. Sehari penuh saya belajar ilmu memasak dan membikin bakso tanpa mengalami kendala karena memang hobi saya adalah memasak. Sesampai di Jakarta langsung saya melakukan berbagai eksperimen selama 3 bulan dengan menggabungkan resep-resep yang saya cari dari berbagai sumber. Tujuannya untuk bisa mendapatkan resep bakso yang khas dan memiliki cita rasa yang tinggi.


Akhirnya kerja keras saya tidak sia-sia. Formula spesial bakso Malang pun berhasil saya temukan. Setelah yakin dengan pilihan (bisnis bakso) dan formula yang saya miliki, saya memulai bisnis di daerah Jatiwarna Bekasi di sebuah pujasera dengan sistem bagi hasil, dengan diberi nama Bakso Malang Kota “Cak Eko”.
Terbukti warung bakso saya sangat diminati pelanggan. Melihat animo pelanggan yang begitu besar, pada pertengahan tahun 2006, saya memberanikan diri untuk membuka cabang di Tamini Square dengan modal sebesar 25 juta yang saya dapatkan dari menyisihkan keuntungan penjualan perbulan ditambah dengan sedikit uang pinjaman.


Rupanya bisnis baksolah yang membawa peruntungan bagi saya dan istri.Dalam waktu singkat, outlet di Tamini Square ramai dikunjungi pelanggan. Bahkan tidak sedikit yang berminat untuk mengambil franchise dalam bisnis bakso yang saya geluti.


September 2006, saya mulai menawarkan kemitraan melalui website (internet). Konsep bisnis bakso Malang Kota “Cak Eko” langsung mendapatkan respon positif dari masyarakat. Keberhasilan saya dalam membangun bisnis bakso beramai-ramai diberitakan media massa hingga akhirnya bisnis franchise Bakso Malang Kota “Cak Eko” berkembang pesat.


Tak kurang dari 30 cabang baru bermunculan hanya dalam waktu beberapa bulan saja. Saat ini cabang Bakso Malang Kota “Cak Eko” telah mencapai 85 cabang yang tersebar luas di wilayah Jabodetabek, Palembang, Pekanbaru, Banda Aceh, Duri Riau, Bengkulu, Jambi, Serang, Bandung, Kudus, Solo, Surabaya, Makasar, Sintang, Tarakan, Palangkaraya, Sangata, Bontang, Palu dan masih banyak permintaan dari seluruh Indonesia.


Siapapun sudah bisa menjalankan bisnis Bakso Malang Cak Eko dengan jaminan supplay bahan baku dan SOP (Standard Operating Procedure) yang sudah teruji.
(www.alumniits.com/index.php?menu=news&p=11&id=54, 2010)

Kisah Pengusaha Muslim Yang Sukses Dari Kota Jawa Timur




(Kisah Nyata)




Saya mendapatkan sebuah email yang bertanya mengenai boleh tidaknya seorang muslim ikut MLM (Multilevel Marketing) , saya menjawab daripada ikut MLM yang nota bene menjual produk orang lain yang harganya sudah dipatok dari perusahaan MLM tsb, lebih baik membuka usaha sendiri atau berdagang barang sendiri yang bisa menentukan sendiri tingkat laba yang diinginkan. Sebagai pelengkap jawaban tsb berikut ini saya akan bercerita kisah nyata tentang seorang pengusaha muslim yang sukses dari Jawa Timur karena meninggalkan bekerja dengan orang lain dan membuka usaha konveksi. Mudah-mudahan bisa memotivasi saya pribadi dan pemuda muslim lainnya.


Pada era tahun 1960-an di sebuah kota kecil di Jawa Timur hiduplah seorang buruh pabrik sabun milik seorang pengusaha nonpribumi kita panggil saja ia dengan nama Pak Lukman (nama samaran red), gajinya sangat dibedakan hampir 3 kali lipat dengan buruh lain karena keahliannya membuat cetakkan sabun sangat bagus.


Walaupun gaji yang sudah lumayan, buruh tsb pada suatu hari berfikir bahwa “kalau saya terus bekerja dengan orang lain saya tidak akan kaya apalagi anak saya berjumlah 11 orang, saya harus keluar dari pabrik sabun ini untuk membuka usaha konveksi”. Maka ia segera mengajukan berhenti kepada bosnya , namun bosnya yang orang non pribumi tsb menghalanginya agar tidak keluar malah gajinya akan dinaikkan lebih tinggi lagi. Karena tekad yang bulat Pak Lukman tetap memilih keluar dari pabrik sabun tsb.


Pada awalnya Pak Lukman membuka usaha konveksi, keuntungannya masih sedikit masih dibawah gajinya di pabrik sabun, sehingga ia selalu dibujuk oleh bosnya di pabrik sabun untuk kembali kerja dengannya. Tetapi Pak Lukman menolaknya dan ia tetap pada pendiriannya untuk terus melanjutkan usaha konveksinya. Dan benar saja pada dekade tahun 1965-1970 an ia telah berhasil menjadi pengusaha konveksi yang sukses di kota Jawa Timur tsb.


Semangat jiwa entrepreneur Pak Lukman ia teruskan kepada 11 anak-anaknya sampai ia meninggal tahun 1980an, ia tidak menginginkan anak-anaknya untuk bekerja kepada orang lain. Saat ini pada tahun 2000 an anak-anaknya (walaupun tidak semua) telah berhasil menjadi pengusaha-pengusaha yang terkenal di kota Jawa Timur tsb, ada yang menjadi pengusaha konveksi dan pengusaha salon kecantikan muslimah.


Salah satu anak tertuanya yang sudah berusia 60 tahun , sekarang ini sering memberikan ide,gagasan dan semangat kepada setiap pemuda muslim yang berdiskusi dengannya termasuk kepada penulis pribadi, untuk selalu mengembangkan semangat berwirausaha dan meninggalkan keinginan bekerja dengan orang lain. Hasilnya sudah ada beberapa pemuda muslim yang sekarang sukses mengikuti sarannya untuk membuka usaha sendiri walaupun untuk itu harus menempuh perjuangan yang tidak mudah.


Ummat muslim yang penduduknya mayoritas di Indonesia haruslah segera meninggalkan pola fikir yang masih bekeinginan setelah sekolah tinggi lalu bekerja dengan orang lain menuju pola fikir untuk membangun semangat jiwa entrepreneur pada diri sendiri dan anak keturunan seperti apa yang dicontohkan oleh keluarga Pak Lukman tsb.


Bukankah Rasululah SAW dan mayoritas para sahabat mencotohkan untuk menjadi entrepreneur. Hanya dengan membangun semangat jiwa entrepreneur , ummat muslim bisa mengejar ketinggalan di bidang ekonomi, apalagi saat ini kita sedang menghadapi realitas ekonomi global yang penuh ketidak pastian dan kondisi ekonomi dalam negeri yang mana mulai banyak terjadinya PHK karyawan di berbagai sector industri komoditas ekspor akibat dari krisis financial global. (www.alfalah.or.id, 2010)

Kisah Sukses Mantan Seorang Petugas Keamanan


Fauzi Saleh, contoh seorang pengusaha sukses sekaligus dermawan. Ini berkat kompak dengan karyawannya. Derai tawa dan langgam bicaranya khas betawi. Itulah gaya H. Fauzi Saleh dalam meladeni tamunya.

Pengusaha perumahan mewah Pesona Depok dan Pesona Khayangan yang hanya lulusan SMP tersebut memang lahir dan dibesarkan di kawasan Tanah Abang, Jakarta. Setamat dari SMP pada tahun 1966, beliau telah merasakan kerasnya kehidupan di ibukota.

Saat itu Fauzi terpaksa bekerja sebagai pencuci mobil di sebuah bengkel dengan gaji Rp 700 per minggu. Bahkan delapan tahun silam, dia masih dikenal sebagai penjaga gudang di sebuah perusahaan. Tapi, kehidupan ibarat roda yang berputar.

Sekarang posisi ayah 6 anak yang berusia 45 tahun ini sedang berada diatas. Pada hari ulang tahunnya itu, pria bertubuh kecil ini memberikan 50 unit mobil kepada 50 dari sekitar 100 karyawan tetapnya. Selain itu para karyawan tetap dan sekitar 2.000 buruh mendapat bonus sebulan gaji. Total Dalam setahun, karyawan dan buruhnya mendapat 22 kali gaji sebagai tambahan, 3 bulan gaji saat Idul Fitri, 2 bulan gaji saat bulan Ramadhan dan Hari Raya Haji, dan 1 bulan gaji saat 17 Agustus, tahun baru dan hari ulang tahun Fauzi. Selain itu, setiap karyawan dan buruh mendapat Rp 5.000 saat selesai shalat Jumat dari masjid miliknya di kompleks perumahan Pesona Depok.

Sikap dermawan ini tampaknya tak lepas dari pandangan Fauzi, yang menilai orang-orang yang bekerja padanya sebagai kekasih. “Karena mereka bekerjalah saya mendapat rezeki.”, katanya. Manajemen kasih sayang yang diterapkan Fauzi ternyata ampuh untuk memajukan perusahaan. Seluruh karyawan bekerja bahu-membahu. “Mereka seperti bekerja di perusahaan sendiri.” Katanya.

Prinsip manajemen “Bismillah” itu telah dilakukan ketika mulai berusaha pada tahun 1989 silam, yaitu setelah dia berhenti bekerja sebagai petugas keamanan. Berbekal uang simpanan dari hasil ngobyek sebagai tukang taman,sebesar 30 juta, beliau kemudian membeli tanah 6 x 15 meter sekaligus membangun rumah di jalan jatipadang, jakarta selatan.

Untuk menyiapkan rumah itu secara utuh diperlukan tambahan dana sebesar 10 juta. Meski demikian, Fauzi tidak berputus asa. Setiap malam jumat, Fauzi dan pekerjanya sebanyak 12 orang, selalu melakukan wirid Yasiin, zikir dan memanjatkan doa agar usaha yang sedang mereka rintis bisa berhasil. Mungkin karena usaha itu dimulai dengan sikap pasrah, rumah itupun siap juga. Nasib baik memihak Fauzi. Rumah yang beliau bangun itu laku Rp 51 juta. Uang hasil penjualan itu selanjutnya digunakan untuk membeli tanah, membangun rumah, dan menjual kembali. Begitu seterusnya, hingga pada 1992 usaha Fauzi membesar. 

Tahun itu, lewat PT. Pedoman Tata Bangun yang beliau dirikan, Fauzi mulai membangun 470 unit rumah mewah Pesona Depok 1 dan dilanjutkan dengan 360 unit rumah pesona Depok 2. Selanjutnya dibangun pula Pesona Khayangan yang juga di Depok. Kini telah dibangun Pesona Khayangan 1 sebanyak 500 unit rumah dan pesona khayangan 2 sebanyak 1100 unit rumah. Sedangkan pesona khayangan 3 dan 4 masih dalam tahap pematangan tanah.

Harga rumah group pesona milik Fauzi tersebut antara 200 juta hingga 600 juta per unit. Yang menarik tradisi pengajian setiap malam jumat yang dilakukannya sejak awal, tidak ditinggalkan. Sekali dalam sebulan, dia menggelar pengajian akbar yang disebut dengan pesona dzikir yang dihadiri seluruh buruh, keluarga dan kerabat di komplek pesona khayangan pertengahan september lalu, ada sekitar 4.000 orang yang hadir. Setiap orang yang hadir mendapatkan sarung dan 3 stel gamis untuk shalat. Setelah itu, ketika beranjak pulang, setiap orang tanpa kecuali, diberi nasi kotak dan uang Rp 10.000. tidak mengherankan, suasana berlangsung sangat akrab. Mereka saling bersalaman dan berpelukan. Tidak ada perbedaan antara bawahan dan atasan. Menurut Fauzi, beliau sendiri tidak pernah membayangkan akan menjadi seperti ini.

“Ini semua dari Alloh. Saya tidak ada apa2nya.” Kata pria yang sehari-hari berpenampilan sederhana ini. Karena menyadari bahwa semua harta itu pemberian Alloh, Fauzi tidak lupa mengembalikannya dalam bentuk infak dan shadaqoh kepada yang membutuhkan. Tercatat, beberapa masjid telah dia bangun dan sejumlah kaum dhuafa dan janda telah disantuninya. Usaha yang dijalankannya tersebut, menurut Fauzi ibarat menanam padi. “Dengan bertanam padi, rumput dan ilalang akan tumbuh. Ini berbeda kalau kita bertanam rumput, padi tidak akan tumbuh”. Kata Fauzi.

Artinya, Fauzi tidak menginginkan hasil usaha untuk dirinya sendiri. “Saya hanya mengambil, sekedarnya, selebihnya digunakan untuk kesejahteraan karyawan dan sosial.” Katanya.
Sekitar 60 % keuntungan digunakan untuk kegiatan sosial, sedangkan selebihnya dipakai sebagai modal usaha. Sejak empat tahun lalu, ada Rp 70 milyar yang digunakan untuk kegiatan sosial.

“Jadi, keuntungan perusahaan ini adalah nol.” Kata Fauzi. ” Jika setiap bangun pagi , kita bisa mensyukuri dengan tulus apa yang telah kita miliki hari ini, niscaya sepanjang hari kita bisa menikmati hidup ini dengan bahagia”. (http://arifperdana.wordpress.com)

Kisah Sukses - Bill Gates

“BILL” WILLIAM H. GATES

“One thing I love about this [decade] is this is a period where the reality is driving the expectation.”

Bill Gates, 2004 International Consumer Electronics Show Keynote


Bill Gates

William Henry Gates III lahir pada tahun 1955, anak kedua dari tiga bersaudara dalam keadaan sosialnya terkemuka di Seattle, Washington. Ayahnya seorang pengacara dengan perusahaan yang punya banyak koneksi di kota, dan ibunya seorang guru, yang aktif dalam kegiatan amal. Bill seorang anak yang cerdas, tetapi dia terlalu penuh semangat dan cenderung sering mendapatkan kesulitan di sekolah. Ketika dia berumur sebelas tahun, orang tuanya memutuskan untuk membuat perubahan dan mengirimnya ke Lakeside School, sebuah sekolah dasar yang bergengsi khusus bagi anak laki-laki.

Di Lakeside itulah pada tahun 1968 Gates untuk pertama kalinya diperkenalkan dengan dunia komputer, dalam bentuk mesin teletype yang dihubungkan dengan telepon ke sebuah komputer pembagian waktu. Mesin ini, yang disebut ASR-33, keadaannya masih pasaran. Pada pokoknya ini sebuah mesin ketik yang kedalamnya siswa bisa memasukkan perintah yang dikirimkan kepada komputer; jawaban kembali diketikkan ke gulungan kertas pada teletype. Proses ini merepotkan, tetapi mengubah kehidupan Gates. Dia dengan cepat menguasai BASIC, bahasa pemograman komputer, dan bersama dengan para hacker yang belajar sendiri di Lakeside, dia melewatkan waktu ber-jam-jam menulis program, melakukan permainan, dan secara umum mempelajari banyak hal tentang komputer. “Dia adalah seorang ‘nerd’ (eksentrik),” sebagaimana salah seorang guru memberikan Gates julukan itu.

Sekitar tahun 1975 ketika Gates bersama Paul Allen sewaktu masih sekolah bersama-sama menyiapkan program software pertama untuk mikro komputer. Seperti cerita di Popular Electronics mengenai “era komputer di rumah-rumah” dan mereka berdua yakin software adalah masa depan. Inilah awal Microsoft. Komunikasi yang sederhana: Paul dan Gates membicarakan coke dan pizza. Tidak ada orang yang memperhatikan sungguh-sungguh pendapat kami. Semuanya berubah dalam dua dekade terakhir.

Gates masih tetap menyukai junk food, tetapi ia juga menghabiskan waktu dua jam sehari membaca dan menjawab electronic mail yang dikirim 15.000 karyawan Microsoft. Selain itu banyak sekali email dari dari luar Microsoft. Pertanyaan beragam, mulai dari bagaimana pengalaman orang erkeluarga (menyenangkan!), film apa yang saya sukai (Schindler’s List dan Shadowlands), sampai pertanyaan rumit yang harus membuka dulu buku untuk bisa menjawabnya (dan kebetulan saja juga menulis buku!).

Persoalannya, Gates menghabiskan waktu sepanjang hari menjawab email dan berceramah atau mengelola perusahaanya. Gates mencoba menjalankan keduanya, tetapi ia tidak berkesempatan banyak berkomunikasi dengan kelompok yang beragam dan banyak sekali email yang tidak sempat dijawab. Gates senang sekali menulis karena melalui tulisan ini membuatnya bisa berkomunikasi dengan kelompok yang lebih beragam tanpa harus teredit hingga terpotong-potong atau tersaring oleh persepsi seseorang. Kenyataannya tidak semua pertanyaan diajukan melalui email. Kadang orang mencegat Gates di Bandar udara atau mendesaknya untuk menjawab pertanyaan di pameran-pameran komputer atau anak Sekolah mengirim surat kepadanya.

Seorang mahasiswa baru-baru ini menanyakan satu pertanyaan yang penting untuk dia. Yang ingin diketahuinya bukanlah sesuatu yang sangat filosofis, seperti yang mungkin anda duga misalnya mengenai ekonomi pasar bebas. Ia hanya ingin tahu, “apakah Gates sudah terlambat terjun ke industri software dan membangun sebuah perusahaan kemudian menjadi kaya?”. Gates senang mendapat pertanyaan itu dan jawabannya selalu sama, “Inilah saatnya terjun ke bisnis software.” Gates tidak mengatakan Anda bisa membangun Microsoft lainnya. Tetapi paling tidak Anda bisa mendapatkan omset penjualan dua juta dollar setahun dengan menjual 10.000 kopi produk senilai 200 dolar AS. Cukup lumayan dan bisa terjadi kapan saja. Karena Gates ingat bagaimana menariknya memulai sebuah perusahaan software, ia juga menikmati cerita keberhasilan orang lainnya. Perusahaan software yang kecil selalu perlahan-lahan mulainya. Perusahaan dimulai seseorang yang memiliki gagasan. Ia, pria atau wanita, mencari beberapa teman yang tahu bagaimana membuat program dan mereka kemudian menelorkan sebuah produk.

Banyak sekali karya kesenian yang mereka lakukan karena mereka peduli dengan pekerjaan itu. Biasanya mereka membuat produk untuk satu pelanggan dan karena hasilnya memuaskan, mereka segera mendapat pembeli lainnya. Jika Anda ingin memulai sebuah perusahaan, strategi utamanya temukan lingkungan sosial yang pas. Lupakan keinginan menciptakan program pengolah kata untuk menulis, atau program spreadsheet untuk menganalisis keuangan, atau produk utama lainnya yang saingannya sudah banyak. Sebaliknya, ciptakan produk yang bisa menolong penggunanya mengerjakan pekerjaan spesifik atau bisa memberikan informasi praktis dalam bidang seperti obat-obatan, asuransi, akunting, arsitektur atau bidang pemerintahan. Software seperti itu mendatangkan peruntungan yang kecil-kecilan. Jika Anda tidak puas dengan peruntungan yang kecil-kecilan itu, Anda harus sampai pada tahapan peralihan generasi. Kali ini mahal dan berisiko.

Setiap beberapa tahun satu generasi teknologi memberikan jalan baru. Ingat munculnya IBM PC di awal tahun 1980-an. Microsoft bertaruh IBM PC akan menjadi penting. Kemudian Microsoft menciptakan sistem operasi MS-DOS untuk IBM PC. Hasilnya Microsoft menjadi pelopor dalam software sistem operasi. Tidak ada yang pernah mendengar mengenai Lotus sampai satu pemikiran cemerlang melaksanakan perubahan generasi menciptakan Lotus 1-2-3 spreadsheet pertama yang dirancang khusus untuk IBM PC.

Apple’s Macintosh dan Microsoft Windows adalah sang pemenang selanjutnya, ketika dunia menginginkan pengolahan grafik dan meninggalkan program lama yang hanya menampilkan teks. Untuk mendapatkan kemenangan besar, anda pun harus mengkonsentrasikan diri pada perubahan generasi, sesuatu yang diabaikan perusahaan besar. Dan taruhannya mahal sekali. Baru-baru ini sejumlah wiraswastawan berspekulasi software yang bisa digunakan pemakai komputer dengan cara menulis dengan tangan, bukan lagi menekan pada huruf, akan menjadi generasi baru software pengolah kata ada spreadsheet. Mereka memulai menciptakan produk baru yang mereka pikir akan memenangkan persaingan. Mereka salah. Suatu spekulasi besar. Apa yang harus saya anjurkan pada seorang mahasiswa yang ingin menjadi wiraswastawan software?

Pelajari untaian sebuah perusahaan yang sudah ada.
Carilah lingkungan sosial anda sendiri.
Berhubunganlah dengan modal ventura.
Temukan orang yang cerdas.
Dan jangan lupakan coke dan pizza.
Percayalah, akan ada banyak pekerjaan di malam yang larut. (kisahsukses.vienska.com, 2010)

Wednesday, September 29, 2010

Kisah Sukses - Kebab Turki


 Hendy Setiono - Kebab Turki

Kebab Turki - Satu lagi anak muda Surabaya menorehkan prestasi besar. Dia adalah Hendy Setiono, presiden direktur Kebab Turki Baba Rafi. Prestasinya tidak hanya diakui di dalam negeri, tapi juga di mancanegara. Mengapa?

Wajah dan penampilannya masih layaknya anak muda. Siang itu, dia berkemeja batik cokelat dipadu celana hitam. Cukup sederhana. Tak tecermin tampang seorang bos dari perusahaan beromzet lebih dari Rp 1 miliar per bulan.

Itulah penampilan sehari-hari Hendy Setiono, Presdir Kebab Turki Baba Rafi Surabaya. Oleh majalah Tempo edisi akhir 2006, dia dinobatkan sebagai salah seorang di antara sepuluh tokoh pilihan yang dinilai mengubah Indonesia. Tentu, sebuah pengakuan yang membanggakan bagi Hendy. Apalagi, bisnis yang dia geluti tergolong bisnis yang tak akrab di telinga. Usianya pun masih 23 tahun! Wow, masih sangat muda untuk seorang bos yang memiliki 100 outlet di 16 kota di Indonesia.

Dengan ramah, pria kelahiran Surabaya, 30 Maret 1983, tersebut mempersilakan Jawa Pos masuk ke kantornya di Ruko Manyar Garden Regency, kawasan Nginden Semolo. “Biasanya saya masuk kantor agak siang. Tapi, karena hari ini ada janji dengan Anda, saya agak meruput datang ke kantor,” ujar Hendy mengawali perbincangan.

Ketika itu, jarum jam sudah menunjuk pukul 11.00. Bagi Hendy, pukul 11.00 masih terbilang pagi karena biasanya dirinya baru masuk kantor lebih dari pukul 12.00.

Dia lalu menceritakan awal mula bisnis kebab yang digelutinya tersebut. Kebab adalah makanan khas Timur Tengah (Timteng) yang dibuat dari daging sapi panggang, diracik dengan sayuran segar, dan dibumbui mayonaise, lalu digulung dengan tortila. Sebenarnya, kebab banyak beredar di Qatar dan negara Timteng lainnya.

Namun, kata Hendy, kebab paling enak adalah dari Istambul, Turki. Karena itu, dia menggunakan “trade mark” Turki untuk menarik calon pelanggan.

Hendy mengisahkan, pada Mei 2003, dirinya mengunjungi ayahnya yang bertugas di perusahaan minyak di Qatar. Selama di negeri yang baru sukses melaksanakan Asian Games itu, dia banyak menemui kedai kebab yang dijubeli warga setempat. Lantaran penasaran, Hendy yang mengaku hobi makan itu lantas mencoba makanan yang lezat bila dimakan dalam kondisi masih panas tersebut. “Ternyata, rasanya sangat enak. Saya tak menduga rasanya seperti itu,” ungkap sulung dua bersaudara pasangan Ir H Bambang Sudiono dan Endah Setijowati tersebut.

Tak hanya perutnya kenyang, saat itu di benak Hendy langsung terbersit pikiran untuk membuka usaha kebab di Indonesia. Alasannya, selain belum banyak usaha semacam itu, di Indonesia terdapat warga keturunan Timteng yang menyebar di berbagai kota.

“Orang Indonesia juga banyak yang naik haji atau umrah. Biasanya, mereka pernah merasakan kebab di Makkah atau Madinah. Nah, mereka bisa bernostalgia makan kebab cukup di outlet saya,” jelasnya.

“Makanya, selama di Qatar, saya juga memanfaatkan waktu untuk berburu resep kebab. Saya mencarinya di kedai kebab yang paling ramai pengunjungnya,” jelas Hendy yang beristri Nilamsari, 23, dan kini sudah dikaruniai dua anak, Rafi Darmawan, 3, dan Reva Audrey Zahifa, 2, tersebut.

Begitu tiba kembali di Surabaya, dia langsung menyusun strategi bisnis. Yang pertama dilakukan adalah mencari partner. Dia tidak ingin usahanya asal-asalan. Dia kemudian bertemu Hasan Baraja, kawan bisnisnya yang kebetulan juga senang kuliner. Awalnya, mereka sengaja melakukan trial and error untuk menjajaki peluang bisnis serta pangsa pasarnya.

“Ternyata, resep kebab dari Qatar yang rasa kapulaga dan cengkehnya cukup kuat tidak begitu disukai konsumen. Ukurannya pun terlalu besar. Makanya, kami memodifikasi rasa dan ukuran yang pas supaya lebih familier dengan orang Indonesia,” katanya.
 
September 2003, gerobak jualan kebab pertamanya mulai beroperasi. Tepatnya di salah satu pojok Jalan Nginden Semolo, berdekatan dengan area kampus dan tempat tinggalnya.
Mengapa gerobak? Hendy mempunyai alasan. “Membuat gerobak lebih murah daripada membuat kedai permanen. Tidak perlu banyak modal. Gerobak pun fleksibel, bisa dipindah-pindah,” ujarnya.

Soal nama kedainya Baba Rafi, dia mengaku terinspirasi nama anak pertamanya, Rafi Darmawan. “Diberi nama Kebab Pak Hendy kok tidak komersial,” katanya lalu tergelak.
Saat itulah terlintas di benaknya nama si sulung, Rafi. “Kalau dipikir-pikir, pakai nama Baba Rafi, lucu juga rasanya. Baba kan berarti bapak, jadi Baba Rafi berarti bapaknya Rafi.”

Mengawali sebuah bisnis memang tidak mudah. Apalagi untuk meraih sukses seperti sekarang. Suka duka pun dirasakan calon bapak tiga anak itu. “Misalnya, uang berjualan dibawa lari karyawan. Banyak karyawan yang keluar masuk. Baru beberapa minggu bekerja sudah minta keluar,” ungkapnya.

Bahkan, pernah suatu hari, karena tak mempunyai karyawan, Hendy dan istri berjualan. Hari itu kebetulan hujan. Tak banyak orang membeli kebab. Makanya, pemasukan pun sedikit. “Uang hasil berjualan hari itu digunakan membeli makan di warung seafood saja tak cukup. Wah, itu pengalaman pahit yang selalu kami kenang,” ujarnya.

Tak ingin setengah-setengah dalam menjalankan bisnis, lulusan SMA Negeri 5 Surabaya tersebut akhirnya memutuskan berhenti dari bangku kuliah pada tahun kedua. “Saya OD alias out duluan. Tapi, saya tidak menyesal meninggalkan bangku kuliah untuk membangun usaha,” tegas Hendy yang pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Teknik Informatika ITS tersebut.

Keputusan dia untuk meninggalkan bangku kuliah guna menekuni bisnis kebab tersebut sempat ditentang orang tuanya. Mereka ingin Hendy menjadi orang kantoran seperti ayahnya. Karena itu, ketika dia meminta bantuan modal, orang tuanya menganggap bisnis yang akan dilakoni tersebut adalah proyek iseng. “Mereka pikir saya tidak serius pada bisnis itu. Dalam hati, saya ingin membuktikan kepada bapak dan ibu bahwa kelak saya pasti berhasil,” jelasnya.

Yang luar biasa, kesuksesan bisnis Hendy tak perlu waktu lama. Hanya dalam 3-4 tahun, dia berhasil mengembangkan sayap di mana-mana. Bahkan, hingga pengujung 2006, pengusaha muda tersebut mencatat telah memiliki 100 outlet Kebab Turki Baba Rafi yang tersebar di 16 kota di Indonesia. Tidak hanya di Jawa, tapi juga di Bali, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.

Ke depan, Hendy berencana mengembangkan usahanya itu ke luar negeri. Dua negara yang diincar adalah Malaysia dan Thailand. “TV BBC London dan majalah Business Week International pernah meliput usaha saya tersebut. Setelah itu, ada orang yang menawari saya membuka outlet di Trinidad & Tobago serta Kamboja,” jelasnya.

Sukses bisnis kebab waralaba Hendy itu juga menghasilkan berbagai award, baik dari dalam maupun luar negeri. Di antaranya, ISMBEA (Indonesian Small Medium Business Entrepreneur Award) 2006 yang diberikan menteri koperasi dan UKM. Hendy juga ditahbiskan sebagai ASIA’s Best Entrepreneur Under 25 oleh majalah Business Week International 2006. Untuk meraih award tersebut, dia bersaing dengan 20 kandidat pengusaha lain dari berbagai negara di Asia.

Pria kalem itu juga mendapatkan penghargaan Citra Pengusaha Berprestasi Indonesia Abad Ke-21 yang dianugerahkan Profesi Indonesia. Kemudian, penghargaan Enterprise 50 dari majalah SWA untuk 50 perusahaan yang berkembang dalam setahun terakhir. Serta, di pengujung 2006, majalah Tempo menobatkan Hendy menjadi salah seorang di antara sepuluh tokoh pilihan yang mengubah Indonesia.

Apa yang akan dilakukan Hendy selain mengembangkan usahanya ke mancanegara? Tampaknya, dia ingin seperti raja komputer, Bill Gates. “Saya belajar dari para pengusaha sukses. Salah satunya, Bill Gates. Dia bisa mendirikan kerajaan Microsoft, meski tidak tamat sekolah. Jadi, intinya, untuk menjadi orang sukses, tidak harus memiliki gelar akademis dan indeks prestasi (IP) tinggi,” tegasnya lalu tertawa. (Jawa Pos, 2010)