Monday, September 20, 2010

Gurihnya Dendeng Jantung Pisang


Senin, 20 September 2010 | 12:33 WIB

TRIBUNNEWS.COM - DENDENG dan abon, umumnya terbuat dari daging. Tapi di Cimahi, jantung pisang pun bisa disulap menjadi dendeng dan abon yang lezat dan menggiurkan.


Adalah Bambang Eko Putro yang pertama kali memperkenalkan itu. Di Cimahi denden dan abon jantung pisangnya sudah sangat terkenal. Warga menyebutnya sebagai denjapi alias dendeng jantung pisang dan bonjapi atau abon jantung pisang.


Dari sisi bentuk, nyaris tak ada beda antara denjapi dan bonjapi ini dengan dendeng dan abon biasa yang terbuat dari daging. Dari sisi rasa juga tak jauh beda, terlebih untuk bonjapi yang di Cimahi sudah dipasarkan sejak lima tahunan lalu.


Bambang mengaku, ketertarikannya mengolah jantung pisang berawal ketika dirinya melihat jantung pisang tercecer tanpa manfaat di sisi jalan yang dilewati. Bambang langsung ingat kepada sang nenek di Kediri yang sering menyajikan sayur jantung pisang sebagai menu makanan.


"Saya mulai coba-coba buat menu makanan dari jantung pisang tahun 2003. Kalau diamati tekstur serat jantung pisang mirip serat daging. Lalu saya coba membuat bumbu dendeng sehingga jadi menu denjapi," jelas sarjana ekonomi yang pernah bekerja di perusahaan perangkat water heater ini ketika ditemui di rumahnya di Perumahan Puri Cipageran Indah, Cimahi, beberapa waktu lalu.


Melalui industri skala rumah tangga ini lah rata-rata dalam sehari, Bambang mampu memproduksi 400 kemasan denjapi dan 100 kemasan bonjapi. Produk tersebut dipasarkan melalui penjual dan 30-an penyalur di wilayah Jawa Barat. Pengiriman produk ini ke Malaysia dan Singapura dilakukan hanya bila ada permintaan.


"Saya belum bisa melayani jumlah pemesanan banyak, satu kontainer misalnya. Ketersediaan bahan baku masih jadi kendala. Agak sulit mendatangkan jantung pisang dari luar Jawa Barat karena daya tahannya cuma dua hari," terang Bambang.


Sebagian bahan baku jantung pisang maupun pisang diperoleh dari kebun pisang milik Bambang di wilayah Cipageran, Cimahi, seluas tiga hektare dan kebun pisang seluas 10 hektare di Darangdan, Purwakarta.


"Saya masih terus mengumpulkan berbagai jenis pisang dari seluruh Indonesia untuk ditanam di kebun. Makanya kalau dari daerah, saya selalu bawa bonggol pisang sebagai oleh-oleh. Ada yang dari Aceh, Kalimantan, dan daerah lain.


Ke depan saya ingin membuat kebun saya menjadi area wisata kebun. Di tempat ini masyarakat bisa mendapat wawasan tentang aneka jenis pisang sekaligus melakukan penelitian," ungkap. (Kompas, Ahmad Zuhri, 2010)

No comments:

Post a Comment